Ekspedisi Dieng
 |
Candi Dieng sesaat setelah hujan |
 |
Pemandangan yang menakjubkan |
15
Mei 2011, akhirnya kujawab tantangan seorang kawan lama. Yang bertanya
kapan ke Dieng…?membuat panas jiwa dan darah petualangan. setelah
melihat catatan perjalanan saya di Trowulan dia selalu ber”promosi” Dieng The next Heaven.. Singkat kata segala persiapan saya lakukan termasuk menghubungi seorang sahabat diWonosono.
Berangkat
tepat jam 10.00 pagi, pada awalnya rencana rute ekspedisi lewat
Gunungpati-Ungaran-Ambarawa-Temanggung-Parakan-Wonosobo-Dieng, karena
rute itu yang biasa orang lalui. Akan tetapi, lagi-lagi seorang kawan
lama yang memberikan tantangan malah menyarankan untuk lewat rute lain :
Gunungpati-Boja-Singorojo-Patean-Sukorejo-Bejen-Ngadirejo-Jumprit-Perkebunan
Teh Tambi-Dieng.

Alhasil, tertarik juga berangkat lewat rute ini, rencana untuk pulangnya tetap lewat Temanggung.
Benar apa yang dikatakan….
Jalur Lewat Kendal ini sungguh mengangumkan. Pemandangan sangat
menakjubkan, mulai lembah yang menghijau, deretan perbukitan yang
berbaris membentuk lukisan alam, udara segar yang menyehatkan paru-paru
kita, kebun-kebun buah (durian+rambutan) di kanan kiri jalan yang bila
musim berbuah (membuat kita pasti pingin berhenti sejenak---kalau bisa
sedikit merasakan..hehehehehe) pasti menambah berwarnanya pemandangan.
Semua itu kita temui sebelum Sukorejo di daerah Patean. Setelah Kebun
buah, akan selanjutnya kita akan melihat pula deretan pohon cengkeh di
kanan dan kiri. Tidak akan terputus keindahan sampai di kebun cengkeh
ini. Akan tetapi sangat disayangkan kondisi jalan yang kurang baik
(dibaca:rusak)…namun sedikit terobati sebenarnya dengan pemandangan yang
(tukul bilang)
AMAZING,
tampaknya rute ini disukai beberapa komunitas otomotif. Terbukti dalam
perjalanan saya bertemu dengan Komunitas Marcedes Bens Semarang (melihat
Plat Nomor H semua; jadi saya tahu), Komunitas Vespa, ketemu juga
dengan komunitas motorcross ’
jejadian’ hehehe maaf soalnya banyak juga motor bebek yang dimodifikasi.
Setelah
itu beberapa lama kemudian akan kita temui keindahan ciri khas
pegunungan yaitu barisan hutan pinus. Ada juga kawasan wisata disini.
Pemandian/Situs Jumprit yang lumayan ramai saat saya lewat. Tidak mampir
karena tujuan utama kali ini adalah Candi Dieng. Walaupun sebenarnya
Pemandian Jumprit ini, seperti informasi yang saya dapat merupakan salah
satu peninggalan majapahit.. Kalau Benar begitu Suatu saat saya
agendakan kesana…karena saya PeCINTA Majapahit!
 |
Tambi |
Setelah
Jumprit terlewati, rute dan medan jalan membutuhkan konsentrasi lebih,
naik turun dengan kelokan tajam banyak kita hadapi di sepanjang jalan.
Semua itu akan kita lupakan karena pemandangan dikanan kiri kita
pegunungan. Selain kokohnya pegunungan yang berdiri, aktivitas petani
kentang, kol dll juga banyak juga, menjadi sebuah hiburan tersendiri
bagi kita.
Perlu juga di persiapkan, masker karena akan banyak
tercium polusi udara di sini, (pupuk kandang yang dipakai petani : bagus
juga kan, mereka pakai sumber alam bukan buatan? Jadi tidak boleh
protes). Lepas dari lahan pertanian masyarakat, kita masuk ke perkebunan
teh Tambi yang terkenal itu. Saat saya melintas, banyak pekerja teh
yang sedang memetik daun teh. Sebenarnya spot yang menarik untuk diambil
gambar, saya terus jalan karena tidak sabar segera sampai di Dieng. Di
Kawasan perkebunan Teh Tambi juga ada agrowisatanya.

Setelah
melewati Perkebunan Teh Tambi, di pertigaan kita ambil arah ke kanan
(kalau ke kiri arah wonosobo). Perjalanan selanjutnya tidak kalah
mencengangkan, bagaimana tidak dari bawah terlihat perjalanan saya akan
melewati awan : saya punya julukan sendiri Dieng kota diatas
awan…(katanya dieng kota tertinggi ke-2 setelah Tibet) di beberapa
tempat sudah dikeliling kabut. Apabila anda bisa sampai disini sekitar
jam 6 disediakan Gardupandang di pinggir jalan bisa melihat
silver sunrise….
Jam
12 saya sampai di gerbang Kompleks Candi Arjuna Dieng, akan tetapi
karena waktu makan siang saya putuskan untuk mencari warung makan
terlebih dahulu. Setelah muter-muter terlebih dahulu, akhirnya ketemu
juga tempat makan yang lumayan murah.
Mr.
Chiken, nama warung itu, makanya, dari gerbang candi lurus saja setelah
candi Dwarawati berada. Kelar Makan siang yang cukup murah nasi
ayam+the anget+2 tempe kemul Rp.12.000 ,-.
 |
Candi Arjuna & Candi Semar |
Masuk
Ke kawasan Candi Arjuna tiket Rp. 6000,-, kemudian saya sarankan untuk
toilet terlebih dahulu Rp.1.000,- agar nanti saat menikmati keindahan
candi anda tidak terganggu. Bayar Parkir Rp. 2.000,-. Saat berkunjung ke
sini jangan lupa bawa jas hujan/ payung (saran saya), ada juga
persewaan payung Rp.5.000,- dari informasi yang saya peroleh saya
melengkapi diri dengan jas hujan dan sewa payung karena sering hujan
mendadak di Dieng ini. Rasanya tidak sabar untuk segera ‘eksplor’ candi
ini. Cukup ramai pengunjung pada saat saya berada disini. Penataaan
Candi lumayan rapi, terawat, bersih mengingatkan saya akan candi
Bajangratu di Trowulan, ditambah keberadaan taman yang asri nan sejuk
terasa menyegarkan mata.
Dimulai
dengan candi Arjuna, bangunan ada di sebelah kanan sendiri, kemudian
berhadapan candi Semar. Berurutan ke kiri candi Srikandi, Candi
Puntadewa dan Candi Sembadra, agak berjauhan ada candi Gatotkaca di
Pintu Masuk kedua dari arah Banjarnegara. Ada juga Candi Setiyaki yang
tempatnya menyendiri, agak terpisah, posisinya garis lurus dengan Candi
Arjuna. Selain 7 candi utuh juga banyak berserakan bekas-bekas
reruntuhan bebatuan yang lain yang akan kita temukan saat mulai memasuki
Kawasan ini.

Pengalaman
baru bagi saya, ketika harus mengambil gambar pada saat hujan, dengan
jas hujan dan payung sewaan saya mencoba mengambil
angle
terbaik yang saya bisa, mklum masih belajar. Pengalaman yang berat pula
sungguh saya paksakan bagi Canon EOSD1000 yang saya bawa. Kondisi
lembab dengan suhu dingin tentunya menimbulkan embun di kamera saya. Apa
boleh buat EOSD1000 (trims atas pengertiannya) kuatkan dirimu…..
walaupun pasangan tripod Exxell EX-280 setiamu lupa terbawa, dirimu
rela ku dudukkan di bebatuan candi yang basah, kau tetap mengerti
tugasmu… semakin lengkap tidak bawa lap kamera, cukup kaos yang saya
pake untuk menghapus air di lensa.
 |
Candi Srikandi |
Candi Arjuna, terlihat bentuknya yang gagah sekaligus
anggun, banyak stupa di atap sehingga candi ini terlihat lebih menarik,
mungkin bisa dikatakan candi ini memang tampan selayaknya penggambaran
Arjuna dalam pewayangan. Selain itu. Didalam candi terdapat tempat
ibadah pada jaman dulu, Yoni.
Candi
Semar, bentuknya kotak, seperti kubus, dengan lubang-lubang di kanan
kirinya. Candi Semar paling sederhana desain dibanding candi lainnya.
Candi Srikandi adalah candi paling kecil di Kompleks candi Arjuna
Candi Puntadewa, candi yang paling kekar, sekaligus besar dibanding candi lainnya.
Candi Sembadra, terletak paling kiri di deretan candi ini.
Yang jadi pertanyaan pribadi saya, Nama Kompleks candi ini Candi Arjuna, kok ada candi Puntadewa Ya….?
Candi Gatot Kaca, kira-kira 150meter berjalan kaki dari candi Arjuna. Kesan Kekuatan, menyihir dari bentuknya.
Candi
Setiyaki, candi ini tampaknya banyak terlewat oleh para pengunjung,
terlihat dari jalan ke arah candi, bila anda dari candi Gatotkaca jalan
yang tersedia benar benar menipu. Kondisi hujan, membuat rumput tidak
mampu menahan sepatu saya untuk tetap diatas air, alhasil basah dan
berlumpurlah perjalan ke Candi Setiyaki. Kepalang basah, langkah tetap
saya lanjutkan, sebuah perjalanan yang tidak sia-sia
 |
Candi Setiyaki |
 |
Candi Puntadewa |
Dari jalan Wonosobo –Banjarnegara, Candi ini terlihat
menyendiri sepi, pemugaran candi inipun belum sempurna. Atap candi ini
belum tersusun dengan benar, sehingga masih melompong, mungkin atap yang
ada dulu runtuh kemudian lapuk dimakan usia, bisa juga atapmu dibawa
oleh para kolektor “bangsat” yang iri akan keelokan rupamu. (maaf saya
sungguh benci dengan keadaan dan sikap oknum pencuri ornamen2 candi).
Reruntuhan di sekitar candi Setiyaki merana ditemani semak belukar yang
mencoba untuk menutupi keberadaan seonggok batu bisu saksi sejarah masa
lalu itu….
 |
Candi Semar |
Setelah puas berdingin ria, ditemani EOSD1000, melepas
lelah sambil menikmati jagung bakar pedas dan gandos gurih nan hangat di
tepi candi. Dengan obrolan santai, Pak Penjual Jagung bakar
menceritakan di daerah sini banyak sekali tempat wisata, telaga warna,
air panas dan-lain lain yang wajib untuk dikunjungi. Sungguh tertarik
untuk mengetahui kebesaran Illahi itu, pesona telagawarna, dan telaga
yang lain, akan tetapi pak, mohon maaf ya saya masih pingin
ber’ekspedisi’ candi-candi dulu, bukankah kata bapak masih ada beberapa
candi di kawasan ini yang belum sempat saya kunjungi, apalagi waktu
sudah menunjukkan jam 5 sore. Satu jagung bakar pedas Rp. 3.000,- Gandos
gurih satunya Rp.1.000,-.
Dengan
perasaan yang cukup puas, lega dan bangga kemudian saya berlalu dari
kawasan candi Arjuna. Di ruko depan pintu masuk menghangatkan badan
dengan menyeduh kopi susu hangat terlebih dulu ditemani semangkok mie
rebus pake telur ala dieng.
Perjalan
pulang yang sungguh tidak saya sangka, sungguh memacu adrenalin kearah
ketakutan. Berbagi pengalaman, agar para sahabat tidak mengalami
pengalaman seberat yang saya alami.
Dimulai
dengan kecerobohan saya tangki vixion yang saya biarkan posisi jarum
bensin di simbol merah alias E dan itu berarti hampir habis. Berbekal
informasi pembuat kopi susu di warung tadi, yang katanya banyak penjual
bensin di pinggir jalan, agak tenang pikiran saya. Yang terjadi
sebaliknya, disepanjang jalan, yang jual bensin menutup warung dan
berdiam diri dirumah, kabut saat itu mulai turun, hujan mulai deras.
Dapat dibayangkan kekawatiran saya, bila bensin saya habis di tengah
hujan (sementara Vixion kalau bensin sampai kehabisan bisa berabe) dan
ditambah kabut pekat, jarak pandang tidak lebih 10m. Plat Platinum yang
ada dikaki kanan saya juga mulai bereaksi dengan suhu super dingin,
ditambah dengan celana yang basah lengkaplah penderitaan saya.
Untungnya
jalan pulang 75% menurun, bersyukurnya lagi lampu motor bisa dinyalakan
tanpa mengidupkan mesin walau resiko aki bekerja lebih keras. Ditengah
perjalanan tidak henti tengok kanan kiri, terus mencari penjual bensin.
Cukup jauh, sampai di desa PatakBanteng yang tahun lalu saya pernah
berkunjung ke perpus didesa itu belum juga menemukan penjual bensin.
Detak jantung semakin kencang karena banyak juga pengendara motor yang
sudah kehabisan bensin, bahkan mereka membayar orang untuk membelikan
bensin,(Ojek bensin) menggelikan tapi saya tidak bisa tertawa.
Hujan
semakin deras dan kabut masih pekat, sesekali bertemu kendaraan berat
dari arah wonosobo, jalan lengang dan sepi saat itu. Setelah melewati
Gardu Pandang, keadaan mulai sedikit menenangkan,walau belum mampu
membuat tersenyum sedikitpun, plus kabut mulai berkurang, akan tetapi
hujan masih mengguyur. Hasil bertanya kesana kemari dipinggir jalan,
ternyata bila kabut turun, para penjual bensin lebih suka menutup
warung, dan itu terjadi tiap hari. Sungguh ceroboh apa yang saya
lakukan.
 |
Jagung Bakar Dieng |
Akhirnya di satu daerah dengan turunan yang cukup tajam, ada satu penjual yang sesaat lagi menutup kiosnya. “
Pak bensinnya masih ada?”
Masih mas….tapi hanya seliter saja” Wuahhh rasanya lega buanget… “
” “
Ahh tidak apa-apa….” Satu
masalah selesai. Masalah masih menimpa saya, selain tangan yang beku,
kaki saya juga mulai sakit, padahal sudah saya lapisi dengan celana anti
air. Kaos kaki dan sepatu yang basah menambah penderitaan saya.
Satu-satunya harapan saya, adalah saya hampir sampai di kota Wonosobo,
dan itu cukup melegakan hati saya. Pom Bensin pertama menjadi jujugan
saya untuk menutupi kekurangan bensin ditangki untuk sampai rumah.
Sesampainya
di Pusat kota Wonosobo, saya mencari kuliner khas: Mie ongklok. Sambil
menikmati malam di Lapangan Alun-alun Mie Ongklok + sate sapinya saya
lahap mengurangi rasa tersiksa di atas tadi. Kabar dari teman juga
melegakan hati, bersedia meyambangi di alun-alun.
Untuk
rute perjalanan pulang, saya melalui jalur
Wonosobo-Kertek-Parakan-Temanggung-Secang-Jambu-Ambarawa-Ungaran-Gunungpati.
Untuk perjalanan ini kilometer di motor menunjukkan jarak yang saya
tempuh untuk ekspedisi kali ini 234km, dengan biaya keseluruhan yang
harus saya keluarkan Rp. 120.000,- Cukup Murah untuk mendapatkan
Pengalaman berharga ini. Setelah ini, kemanapun ekspedisi selanjutnya
rencana harus lebih matang. Tambahan bila ke Dieng :
Jangan melupakan Jas Hujan,payung dan pakaian Hangat
 |
Saat Hujan di Dieng |
Siapkan Logistik Secukupnya
Cek Kondisi Kendaraan
BBM Kendaraan anda diperhatikan
Siapkan kondisi fisik anda yang paling penting siapkan rencana yang matang.